Idul Adha 1442

Idul Adha 1442 kini dirayakan dengan kesederhanaan. Semua aktifitas dilakukan dari rumah dan dirumah. Namun kini berlokasi di Malang, Jawa Timur. Perayaan idul adha bak seperti biasanya. Sholat di masjid karena mendengar seruan gema takbir dari sehabis subuh dan dilanjutkan dengan pemotongan hewan kurban. Semua dilakukan seperti biasanya. Namun kini suasanya saja yang berbeda. Yakni disaat pandemi Covid-19. Hari ini pun terasa amat sederhana, saat aku sendiri di kontrakan yang merayakan idul adha ini. Dimulai pukul 4 pagi aku bangun, lalu mengambil air wudhu, lalu kulanjutkan sholat subuh di kontrakan. Sepi dan hawa dingin menjadi tantangan. Setelah itu kulanjutkan dengan zikir dan sembari mengulang hafalan qur'an. Lalu diam. Dengan tatapan yang kosong entah kenapa.

Idul Adha 1442

Setelah diam. Terdengar sayup suara gema takbir dari masjid arah barat laut kontrakan ini. Lalu kulantangkan lirih pula dalam hati seraya mengikuti alunan takbir. Matahari muncul di permukaan. Fajar pagi telah tiba siap menerangi dan menyambut hari. Menerangi dengan dekapan kehangatan yang sebelumnya aku kedinginan disini. Sudah saatnya untuk melakukan sholat idul adha. Ya, mulai aku ambil sejadah di kasur ku gelar dan mulai berdiri walau badan ini terasa berat dan malas. Untung saja tidak batal karena aku ketiduran, jadi bisa langsung mulai sholat idul adhanya.

Melihat keluar pintu, tampak banyak warga bergegas menyusut dari masjid kerumah masing - masing. Dalam batin, "oh ternyata sholat ied di masjid". Ya, merasa kecewa karena tidak sholat di masjid yang tentu amalnya jauh lebih besar. Namun aku berpikir kembali, melihat berita yang sebelumnya yang aku baca terkait kasus covid-19 yang masih belum terkendali lajunya. Kemarin secara resmi, menag dan presiden mengajurkan untuk melakukan takbir dan sholat di rumah. 

Berasa aneh namun nyata. Berasa sunyi nan sederhana. Sama seperti hari raya sebelumnya. Namun idul adha kini jauh lebih sepi. Ditambah lagi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang dilakukan kini akan jauh lebih berasa dan berat. Rindu akan lebaran idul adha dahulu yang dilaksanakan di pesantren. Penuh dengan perlombaan, tawa, dan kebersamaan. Saling kompak membuat suatu masakan yang terenak mulai dari sop sampai ke sate. Sungguh rindu.

Baca Juga : Meniliki PPKM Darurat 2021

Namun kini yang aku perbuat mau bagaimana lagi. Indonesia kini sedang berduka. Kini negara tercintaku sedang terseret arus pilu. Diperparah menjadi pusat epicentrum penyebaran virus di Asia bahkan di dunia. Miris. Sungguh terenyuh hati ini. Aku berharap Indoesia kembali kuat lagi. Kemballi perkasa lagi di zamannya. Aku yakin dengan bonus demografi yang dimiliki dan beberapa treatment yang tepat diharapkan mampu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan bangsa yang kuat. Terbebas dari segala penyakit dan bisa berkumpul dengan keluarga yang dirindukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Menjelajah Keajaiban Taman Safari Indonesia: Wisata Edukasi dan Petualangan Keluarga

  Menjelajah Keajaiban Taman Safari Indonesia: Wisata Edukasi dan Petualangan Keluarga Taman Safari Indonesia adalah destinasi wisata alam ...