Merantau Sampai di Ujung Mata
Ibu, aku masih mengayuh sepeda tua ini.
Melintasi jalan tepian sampai larut senja.
Merantau jauh sampai kau tak melihatku.
Ini demi cita dan jutaan angan bangsa.
Ibu aku pamit, merantau ke kota sebelah.
Dengan sepeda motor tua ini bekal dari bapak.
Dan segala semangat yang menjadi pondasi kokoh pendirian.
Membayangkan mimpi kedepan mau seperti apa.
Penuh kisah haru yang kulewati.
Kisah yang bercerita pada diriku seorang.
Mengenai hidup negri ini.
Dan berbagai macam liku bocah rantau.
Kini ku sudah tak bisa melihat ibu.
Begitu ibu, yang tak lagi menyapaku.
Baginya aku sudah merantau sampai di ujung mata.
Tak terlihat, namun masih tergiang nasihatmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar